2019 Adalah Masa Lalu, Songsong Tahun Baru Penuh Optimisme

*Babak Baru di Tahun Politik 2020

Oleh A. Aco Ahmad
Direktur Badan Pusat Informasi Perkoperasian (BPIP) Dekopinwil Sulbar

Jarum jam terus bergerak mengikuti gerakan bumi yang mengitari Matahari. Indonesia yang berada di titik garis khatulistiwa, memiliki waktu seimbang antara siang dan malam. Itu merupakan anugerah besar atas pemberian dari

Direktur BPIP Dekopinwil Sulbar, A. Aco Ahmad
pemilik jagad Raya ini Allah SWT. Kondisi alam yang jauh berbeda dengan saudara kita yang mendiami belahan negara kutub utara dengan suhu udara begitu dingin.

Waktu setahun selama 12 bulan teresa singkat hanya untuk urusan rutinitas saja. Petani menghabiskan waktunya untuk bercocok tanam, nelayan turun melaut mencari ikan, pedagang pun ke pasar untuk menjual dagangannya, pegawai kantoran ke kantor setiap hari kerja. Semua Itu, dilakukan sebagai bentuk tanggungjawab atas profesi yang melekat pada diri kita.

Akhir desember adalah fase untuk evaluasi atas apa yang telah kita kerjakan selama 12 bulan lamanya.

Bila selama setahun kita isi dengan kegiatan yang tidak bermanfaat, maka Hal Itu menjadi catatan “Hitam” yang harus ditutup rapat dan menganggapnya Itu adalah masa lalu yang tidak perlu terulang lagi dimasa depan. Yuk..Kita Songsong tahun 2020, dengan sikap optomisme dengan memulai lembaran baru guna meraih kunci sukses dari apa yang telah kita raih di tahun sebelumnya.

Mari kita jadikan pengalaman gagal, sebagai cambuk untuk meraih mimpi mimpi yang lebih Indah dimasa yang akan datang.

Anggap saja kegagalan ini adalah pelebur atau penggugur atas dosa dosa yang kita perbuat, baik sengaja atau pun yang tidak disengaja.

Gapailah kesuksesan ini dengan cara halal biar lebih berkah. Jangan biarkan reski haram menjadi ladang terbesar untuk dinikmati istri dan anak anakmu.

Optimis itu seperti iman. Kadang naik kadang turun. Tergantung dari situasi luar dan kekuatan internal kita. Salah satu karakter kejiwaan kita. Dia independen terhadap kondisi badaniyah. Rentah miskin, kaya, lagi tumbuh, lagi drop, lagi sakit maupun sehat. Orang sakit, miskin, muka jelek, bisa punya optimisme dalam hidupnya. Itu menunjukkan keadilan Tuhan.

Orang jualan di pasar, tukang bakso, tukang tambal ban, sopir angkot, pencari rongsok adalah orang-orang yang paling optimis.

Mereka kalau tidak optimis tidak akan jualan. Karena, sudah pesimis bakalan rugi karena tidak laku. Jauh lebih besar optimismenya daripada orang-orang yang pasti digaji bulanan yaitu orang-orang yang sering berteriak-teriak tentang keberhasilan.

Mestinya dengan mudahnya pemerintah itu menggerakkan optimisme-optimisme para individu pejuang-pejuang kehidupan yang tidak tahu makan apa hari esok karena terbatasnya sumber rezeki menjadi optimisme suatu daerah,negara Dan bangsa. Optimisme bangsa akan mengobarkan semangat kehidupan bangsa dan rakyatnya untuk maju. Tapi, kenapa tidak terjadi. 

Padahal tidak sedikit pemerintah melakukan kampanye-kampanye keberhasilan selama ini. Mendorong optimisme ke depan bahwa Indonesia akan maju. Kenapa yang terjadi hanya ‘onani’ optimisme saja.

Di tatanan riil yang terjadi adalah sebaliknya. Pesimisme meraja lela. Pemerintah, entah oknum, banyak oknum maupun lembaga, yang harusnya menambah optimisme rakyatnya, justru sebaliknya membuat pesimis mereka semua.

2020 Ajang Mencari Pemimpin Pro Gerakan Ekonomi Kerakyatan

Hari ini tanggal 30 Desember 2019 adalah jelang akhir tahun, dimana pada hari ini jatuhnya hari libur panjang sampai pada awal tahun baru, tensi politik sedang dalam keadaan reda walaupun masih ada sedikit orang-orang yang saling ejek jika ada berita tokoh politik dukungan mereka diberitakan jelek dan saling mencari kesalahan, namun tidak memberikan keuntungan apapun bagi daerah ini, malah membuang-buang waktu dan kuota handphone, moreover (apalagi) kalau lagi di tempat liburan lihat handphone marah-marah gara-gara saling ejek di sosmed. 

Jadi sudah seharusnya kita bisa memanage diri mana yang harus dipikirkan mana yang ga perlu dipikirkan atau direnungkan sama sekali, serta harus mengingat kalau tidak selamanya tokoh poltik yang diberitain itu adalah malaikat, itu malaikat, juga sebaliknya tidak selamanya/sebenarnya tokoh politik yang diberitain di internet/televise itu setan, karena yang dipilih itu manusia, manusia bisa jadi karena keadaan bisa berubah jadi malaikat bisa juga berubah jadi setan, bisa juga pahlawan jadi penjajah, kalau keadaan/waktu membuat mereka menjadi demikian. 

Oleh karena itu di akhir tahun ini we should have discard our anger, and be critize and stay positive when you get a negative news that you don’t understand, and discard the ego and understand each other although you think they your enemy, ‘kesampingkan amarah dan tetap kritis dan tetap positif kalau dapat berita negatif yang gak kamu mengerti sama sekali dan kesampingkan ego utamakan saling pengertian dahulu’, agar tahun depannya tidak ada masyarakat yang terpecah belah karena perbedaan pilihan politik dan banyaknya berita buruk yang belum mereka dan/atau kita semua pahami sama sekali.

Momen pilkada adalah sarana untuk mencari pemimpin terbaik diantara vigur yang bakal maju di ajang demokrasi lima tahunan Itu.

Ditangan rakyatlah lahir pemimpin di negeri ini. Ekonomi rakyat yang belum stability akibat pemerintah gagal menggerakkan ekonomi di sektor rill melalui wadah seperti perkoperasian. Unit usaha koperasi rupanya perlu penguatan dari pemerintah daerah guna memaksimalkan perannya. Dengan begitu, pelaku usaha di berbagai sektor akan mudah mendapatkan akses modal usaha. Maka di momentum politik, rakyat harus memilih pemimpin yang pro terhadap akselerasi pemberdayaan ekonomi kerakyatan.

Akhir kata selamat Hari Natal 2019 buat yang ngerayain dan tahun baru 2020.****

Mamuju, 30 Desember 2019

Oleh A. Aco Ahmad
(Direktur Badan Pusat Informasi Perkoperasian (BPIP) Dekopinwil Provinsi Sulawesi Barat)

Rekomendasi Berita

Back to top button