Bustan Basir Maras : Budaya Tanpa Agama Itu Sesat, Agama Tanpa budaya, Radikal

Oleh : Budibento

Badan Kesatuan Bangsa dan Politik ( Kesbangpol ) Provinsi Sulaweis Barat, melaksanakan Rapat Koordinasi dengan Tim Kewaspadaan Dini Daerah (TKDD) dan Forum Kewaspadaan Dini Masyarakat ( FKDM ) Provinsi Sulbar.

Kegiatan ini Bertemakan Optimalisasi Peran TKDD dan FKDM dalam melakukan Cegah Dini Atau Deteksi Dini, terhadap potensi ancaman, tantangan, serta hambatan dan gangguan di daerah.

Kegiatan tersebut, menghadirkan sejumlah narasumber diantaranya, Kepala Badan Kesbangpol Sulbar, Herdin Ismail, Pemerhati Kebudayaan Indonesia Bustan Basir Maras, serta Dir Intel Polda Sulbar Edi Sutendi.

Turut hadir dalam acara ini, yaitu Asisten 1 Pemprov Sulbar, H. Muh. Natsir, ketua FKDM Sulbar Nur Salim Ismail, serta unsur TKDD dan FKDM.

Bustan Basir Maras selaku pemateri menyampaikan bahwa ketahanan nasional atau ketahanan bangsa kita sekarang ini seharusnya ditopang oleh-oleh hal mendasar yaitu penguatan kebudayaan dan penguatan agama. Jika ke dua hal ini sudah menyatu, maka selamat lah bangsa ini, “ucapnya.

Untuk meramu nasionalisme itu, kayu bakarnya adalah dua hal tersebut. Kalau keduanya itu sudah menyatu Insya Allah ketahanan bangsa ini bisa dipertahankan dalam konteks persatuan nasional.

Sekarang ini ada banyak tafsir tafsir agama yang melecehkan kearifan kearifan masyarakat yang tidak bertentangan langsung secara syariat dengan kehidupan beragama.

Yang lebih lucu lagi adalah, kalau kebudayaan juga kemudian tidak memiliki kecenderungan transendensi, atau ( ke ketuhanan ), maka agama itu akan ditafsir secara radikal tanpa pertimbangan pertimbangan masyarakat setempat.

Padahal dimasa lalu, para pendahulu kita atau ulama ulama nusantara itu sangat mengakomodir berbagai kepentingan serta kearifan lokal kita kedalam kehidupan sehari hari masyarakat yang tidak bertentangan dengan syariat Islam, khususnya agama secara umum. Itu intinya.

Bicara Dalam konteks Provinsi Sulbar, kita tidak perlu lagi mencari teori baru, atau apapun tentang bagaimana pertahanan nasional atau pertahanan kewaspadaan dini masyarakat kita, karena masyarakat Sulbar ini adalah masyarakat berbudaya oleh karena di abad ke 16 orang tua kita sudah memiliki yang namanya perjanjian Tammajarra 1 Tammajarra II. Di dalam perjanjian Tammajarra I dan II disebut dengan Assitalliang atau Sipamandar. Di dalam Sipamandar itu orang tua kita bertekad untuk saling melindungi dan saling menyayangi, demi untuk mempertahankan tanah mandar.

Jadi sebenarnya tidak dibutuhkan lagi teori baru Karena sesungguhnya nenek moyang kita sudah pernah membuktikan bahwa Sulbar ini, atau tanah Mandar ini telah memiliki kekuatan yang luar biasa dalam mempertahankan kulturalnya.

Salah satu contohnya adalah di dalam perjanjian Allamungan Batu Diluyo, atau Sipamandar itu jelas dikatakan bahwa “Namemmatami di Sawa, Toriaya di Ulu salu. Namemmatami di mMangiwang Toriong dibaba Binanga”, artinya darat dan lautan itu memiliki keseimbangan dan saling melindungi.

Lebih lanjut lagi, Bustan menjelaskan bahwa salah satu hal yg sangat membanggakan dari mandar atau provinsi Sulbar ini bahwa di abad ke 16 nenek moyang kita ini sudah menemukan konsep tentang keseimbangan darat dan lautan. Sehingga menurunya, Itu yang harus dikampanyekan kepada generasi kita dari sekarang,” tutur Alumni S2 Antrologi UGM ini’

Sepanjang pengalaman perjalanannya ke berbagai daerah di nusantara Indonesia sampai ke negara negara tetangga, dirinya belum pernah menemukan ada nya satu konsep yang besar sebagaimana yg dibangun oleh para tetuah kita di tanah Mandar pada abad ke 16.

Dirinya menyarankan agar seluruh stakeholder terkait, baik di provinsi maupun kabupaten yang berjejaring dengan Kesbangpol dalam hal ini untuk mempertahankan ketahanan kesatuan bangsa atau ketahanan kewaspadaan dini itu memang harus sering berkumpul bersama sama untuk membahas secara evaluatif atau melakukan evaluasi terhadap bagaimana perkembangan persatuan di daerah yang dibangun antar suku bangsa, antar agama, ini penting untuk ketahanan nasional kita.**

Rekomendasi Berita

Back to top button