Di Tengah Proses Huntap Tahap II Pasca Gempa Sulbar, Kemensos Penuhi Kebutuhan Dasar Warga Malunda

Majene,- Satu tahun pasca gempa Sulawesi Barat (Sulbar) yang berpusat di Kabupaten Majene terjadi pada Januari 2021 lalu, warga dari dua dusun, yaitu Dusun Aholeang dan Dusun Rui, Desa Mekkatta, Kecamatan Malunda, Kabupaten Majene, masih bertahan di lokasi pengungsian di Desa Mekkatta.

Pengungsian masih ada sampai saat ini lantaran program Hunian Tetap (Huntap)/rumah bagi warga dua dusun itu masih dalam proses pembangunan. Di tengah proses pembangunan Huntap, Kementerian Sosial berupaya memenuhi kebutuhan dasar sebanyak 150 KK atau 604 jiwa dari dua dusun tersebut.

“Sembari menanti proses pembangunan Huntap selesai dilaksanakan oleh instansi yang berwenang, Kementerian Sosial melakukan upaya pendampingan kepada penyintas melalui pemenuhan kebutuhan dasar dan Layanan Dukungan Psikososial (LDP) untuk mengurangi beban masyarakat Kecamatan Malunda, khususnya di Dusun Aholeang dan Rui, Desa Mekkatta, Kecamatan Malunda,” ujar Subkoordinator Pemenuhan Kebutuhan Dasar pada Direktorat Perlindungan Sosial Korban Bencana Alam (PSKBA), Fahri Isnanta, mewakili Kementerian Sosial di Malunda, Rabu (19/1).

Hal ini sesuai dengan pembagian klaster nasional penanggulangan bencana, dimana Kementerian Sosial mempunyai tugas dalam pemenuhan kebutuhan dasar logistik, pengungsian dan LDP.

Untuk mengetahui kebutuhan dasar warga, Kementerian Sosial bersama Dinas Sosial Provinsi Sulawesi Barat, Dinas Sosial Kabupaten Majene, BPBD Majene, hingga Balai Rehabilitasi Sosial Penyandang Disabilitas Intelektual (BRSPDI) “Nipotowe” Palu, serta melibatkan Camat Malunda, Kepala Desa Mekkatta, dan personel Tagana, melakukan pemetaan dan _assessment_ awal.

Dari hasil pemetaan itu, kebutuhan dasar warga yang diupayakan Kemensos berupa tenda serbaguna 5 unit, tenda gulung 150 lembar, _family kit_ 170 paket, selimut 170 lembar, kasur 170 buah, sembako 150 paket, makanan anak 150 paket, makanan siap saji 300 paket, seragam sekolah 100 stel, listrik, air untuk MCK, hingga alat bantu untuk penyandang disabilitas.

Berbagai bantuan itu, dikatakan Fahri, dikirim dari gudang milik Kementerian Sosial untuk regional Indonesia Timur di Makassar, Gudang Dinas Sosial Provinsi Sulawesi Barat, Gudang Dinas Sosial Kabupaten Majene dan Gudang BRSPDI “Nipotowe” Palu.

“Pembagian tugas ini dimaksudkan agar penanganan pemenuhan kebutuhan dasar penyintas dapat terlaksana secara terpadu dan komprehensif,” tambahnya.

Saat ini, telah berdiri 5 unit tenda serbaguna di lokasi pengungsian Desa Mekkatta, yaitu 2 unit tenda untuk sekolah dan 3 unit tenda untuk _shelter_ penyintas.

“Selanjutnya, tenda-tenda tersebut juga dilengkapi dengan bantuan logistik dan fasilitas lingkungan pengungsian lainnya,” kata Fahri.

Tanggapan Positif Penyintas di Malunda

Adanya tenda serbaguna berwarna merah putih milik Kementerian Sosial, yang mulai terpasang sejak Sabtu (15/1) itu, memunculkan berbagai tanggapan positif dari sejumlah warga Dusun Aholeang, salah satunya, Risma (22). Ibu beranak satu ini dengan lugas mengaku bersedia pindah ke tenda serbaguna dengan alasan keamanan.

“Kemarin ada tenda yang dibangun dari Kemensos. Kita disuruh pindah masuk, sambil nunggu rumah, hunian tetap, karena tenda kita _ndak_ bertahan lama lagi. Jadi, demi melindungi anak sama diri sendiri, mau pindah. Di dalam sana (tenda Kemensos) pasti lebih aman, _ndak_ berdekatan juga dengan pohon,” ucap wanita berhijab ini.

Keinginannya bersedia pindah dilatarbelakangi oleh kekhawatiran yang kerap membayanginya. “Selama saya di sini, belum pernah nyenyak tidurnya. Karena kalau angin kencang, kami takut sama pohon kelapa, khawatir nanti tendanya rusak lagi, dibawa sama angin,” terangnya.

Hal senada diungkap Kameluddin (30). Pria paruh baya, yang hidup bersama istri dan dua anaknya ini, begitu gembira mengetahui adanya tenda Kemensos berdiri dan akan segera difungsikan.

“Kemarin, sudah dikasih tau sama Kepala Dusun (Kadus), bahwa ada Kemensos bangun tenda dan _Insha Allah_ akan dipindahkan ke sana. Secara pribadi sih, saya sangat bersedia. Di sana sudah bagus saya liat,” akunya lugas.

Pasalnya, ia dan keluarganya belum lama ini memutuskan hidup menumpang pada saudaranya lantaran bilik tendanya tidak dapat lagi ditempati.

“Sekitar satu bulan yang lalu, (kami) sudah _ndak_ tinggal di tenda lagi karena tendanya sudah lapuk dan bocor di sana sini. Sementara, tinggal di rumah saudara. ’Kan ada di sini juga saudara yang sama-sama mengungsi, sudah bikin pondok. Jadi, menumpang dulu di sana, meski agak sempit,” katanya. (MS02/C)

Rekomendasi Berita

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button