Hidup atau Mati Dipusaran Badai Corona

AWAL tahun di bulan Maret menjadi kisah kelam yang melanda negeri kita. Sikap optimisme menghadapi tahun 2020 mustahil bisa terwujud ditengah pusaran badai virus Covid-19 yang telah meluluhlantahkan se isi jagad bumi ini.

Krisis ekonomi yang menerjang Indonesia tahun 1998 merontokkan sektor industri yang menjadi penopang sumber pendapatan negara kala itu. Saat itu, Indonesia hanya mampu terselamatkan dari sektor UMKM.

Badai virus Covid-19 tahun ini tentu lebih mencemaskan lagi karena sektor UMKM pun terancam gulung tikar lantaran tak bisa produksi lagi. Pekerja informal pun tak bisa gerak akibat pandemi Virus Corona yang telah mengikis seluruh sendi sendi kehidupan manusia.

Semua aktivitas terhenti, pegawai kantoran, petani, nelayan sudah tidak maksimal bekerja. Hasil panen petani maupun nelayan tak bisa dipasarkan karena permintaan pasar anjlok.

Bertahan ditengah pusaran badai corona juga menjadi momok mencemaskan. Ancaman krisis kemanusiaan bisa saja terjadi bila masyarakat sudah dilanda kelaparan.

Aksi penjarahan akan terjadi dimana mana, apabila pemerintah salah langkah dalam mengambil keputusan terhadap penanganan efek corona yang telah sukses menjebol pertahanan negeri yang penduduknya terbesar ke empat dunia setelah China, Amerika dan India.

Strategi pemerintah tentu dibutuhkan agar ancaman krisis ekonomi, krisis kemanusiaan tidak terjadi akibat dampak virus misterius Covid-19 yang belum diketahui kapan akan berakhir.

“Pandemi Virus Corona saat ini berada pada simpul yang begitu mencemaskan dan pilihannya tentu hanya dua opsi “Hidup atau Mati”. Pidato sikap Optimisme kepala negara, Joko Widodo saat pergantian tahun 2019, hanya menjadi kisah kelam dan merubah cakrawala berpikir kita menjadi pribadi yang pesimisme.

Cucuran keringat kini menjelma menjadi cucuran derai air mata…. Untuk kali pertama kita melihat dengan kondisi buruk atas terhentinya semua aktivitas rumah ibadah masjid, gereja, pura dan tempat ibadah lainnya. Begitupun aktivitas pasar tradisional, moderen pun juga sudah tutup dan tak bisa ada kegiatan berkumpul. Anak anak pun sudah berhenti sekolah karena diliburkan. Kondisi ini sungguh memilukan.

Bila virus terus melanda, maka bulan Ramadhan tahun ini adalah sejarah terpuruk yang kita alami selaku ummat Islam. Kita tidak akan mendengar keriuhan anak anak saat sahur, apalagi kegiatan shalat tarawih berjamaah dan shalat idul Fitri juga tak bisa dilaksanakan. Kita akan menangis karena tak bisa mengunjungi orang tua, tak bisa bersilaturahmi dengan kerabat di kampung halaman karena virus Corona belum kalah. Semoga badai itu berlalu sehingga kita bisa melaksanakan ibadah di bulan Ramadhan seperti sebelumnya.

Yang jelas, saat ini Dana moneter internasional (IMF) menyebut dunia membutuhkan respons berskala yang masif untuk pemulihan dari dampak wabah virus corona.

Ketua IMF Kristalina Georgieva bahkan menyatakan dampak yang ditimbulkan merupakan yang terburuk setelah Depresi Besar (The Great Depression) pada 1929-1933 silam.

Angka kematian hampir menembus 89 ribu jiwa dan kasus positif melebihi 1,5 juta orang di 192 negara, berbagai kegiatan ekonomi dunia telah lumpuh untuk meredam penyebaran wabah.

IMF memprediksikan pertumbuhan ekonomi global akan terjun ke level minus pada 2020.
Selain itu, lembaga moneter internasional itu menduga dunia baru akan pulih sebagian pada tahun depan dengan asumsi virus corona teratasi pada paruh kedua 2020. Namun bos IMF menyebut keadaan dapat memburuk dengan ketidakpastian yang tinggi dan durasi pandemik yang tak menentu.

Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) mengumumkan perubahan fokus dan alokasi anggaran APBN 2020 untuk menangani corona. Jokowi juga mengumumkan stimulus ekonomi sebesar Rp405,1 triliun untuk menekan dampak ekonomi di masyarakat.

Kebijakan-kebijakan itu bertumpu pada Perppu Nomor 1 Tahun 2020 tentang Kebijakan Keuangan Negara dan Stabilitas Sistem Keuangan untuk Penanganan Pandemi Covid-19 yang diteken Jokowi pada 31 Maret 2020. ****

Majene, 12 April 2020

Oleh: A.Aco Ahmad
Pimred Mediasulbar.com

Rekomendasi Berita

Back to top button