Ketua GMNI Majene Geram, Soal Pernyataan Ketua Dewan Pendidikan Kab. Majene Terkait Organda

Majene, – Beredarnya statement terkait aktivitas organda di kabupaten Majene yang katanya meresahkan dan menuai kritikan dari pejabat Pemda Majene. Kondisi tersebut ditanggapi sejumlah Elemen Organisasi mahasiswa di kabupaten Majene, termasuk Ketua DPC GMNI Majene Agung Prasetyo.

Agung Prasetyo mengungkapkan seharusnya ketua Kesbangpol Majene dan Kasatpol PP, serta ketua Dewan Pendidikan, mempertimbangkan jika mengkritik Organisasi Daerah (Organda) kalau hanya persoalan penggalangan dana yang dilakukan di jalan-jalan sekitar lampu merah Majene.

“Mereka yang melakukan aksi galang dana di jalan atau lampu merah bukan tanpa alasan, semua itu atas dasar kemanusiaan sehingga cara itu ditempuh untuk bagaimana meringankan beban korban, baik korban bencana atau korban kebakaran rumah, dll,” ungkap Agung Prasetyo.

Sesuai perkataan Kasatpol PP di media, katanya keberadaan organisasi mahasiswa di daerah kabupaten Majene biasa merepotkan atau meresahkan karena mereka turun ke jalan meminta sumbangan tanpa ada konfirmasi atau penyampaian.

Hal serupa juga diungkapkan oleh Rusbi Hamid, mengatakan ikut prihatin dengan keberadaan Organda mahasiswa di Majene yang bisanya hanya turun ke jalan meminta-minta sumbangan di lampu merah. Rusbi juga menyarankan agar para mahasiswa lebih produktif dalam berkegiatan, karena masih banyak kegiatan yang lebih bermanfaat untuk pengembangan pendidikan di daerah.

Perihal pernyataan tersebut, Agung Prasetyo menambahkan tanggapannya bahwa penggalangan dana yang dilakukan di lampu merah oleh mahasiswa bukan hanya organisasi daerah saja, tapi hampir seluruh elemen mahasiswa baik Organda, Cipayung, maupun Komunitas yang ada di kabupaten Majene.

“Jelas ini menandakan teman-teman masih punya rasa kemanusiaan yang tinggi dan melakukan cara sederhana dengan meminta sumbangan di jalan. Hal itu juga tidak memaksakan masyarakat untuk menyumbang, tetapi dengan menawarkan bagi yang berminat membantu. Apakah hal itu meresahkan bagi masyarakat? Saya rasa tidak demikian, ini adalah bentuk kepedulian bersama sebagai manusia,” tegas Agung yang geram melihat pernyataan Rusbi Hamid.

Lanjut Agung Prasetyo, menanggapi pernyataan Rusbi Hamid terkait kurang produktifnya kegiatan mahasiswa untuk pengembangan pendidikan di kabupaten Majene, dan menyarankan organisasi mahasiswa agar membuat kegiatan lain yang dapat mengembangkan pendidikan di kabupaten Majene.

“Saya menanggapi kembali dan memberikan masukan kepada Rusbi Hamid, sebelum mengkritik mahasiswa terkait kegiatan pengembangan pendidikan, sebaiknya intropeksi diri terhadap pemerintah kab. Majene. Apakah sudah dijalankan program untuk mengembangkan pendidikan di kab. Majene? Yah, mungkin yang bisa kita lihat adalah kegiatan seminar dan pelatihan yang menghabiskan anggaran daerah tanpa adanya output yang berkelanjutan dari kegiatan itu. Kenapa harus mengkritik mahasiswa tanpa bertanya kembali kepada pemerintah daerah kab. Majene,” tuturnya.

Salah satu contoh kecilnya adalah buku yang dibaca oleh mahasiswa masih sangat minim disediakan oleh pemerintah daerah. Coba kita berkunjung ke Perpustakaan Daerah dan melihat kondisi di sana dengan keterbatasan buku yang ada.

“Akses buku mahasiswa juga yang sangat minim di kab.Majene, tentu kita bertanya, mengapa toko-toko besar dapat hidup subur di kab. Majene, tanpa adanya toko buku yang disediakan/difasilitasi oleh Pemda. Sangat disayangkan hal sekecil ini belum dapat diselesaikan oleh Pemda kab. Majene. Apakah Pemda Kab. Majene sudah menjalankan tugas dan amanahnya sebagai kota pendidikan? pungkas Agung.

“Saya sangat menyayangkan tanggapan dan kritik dari pejabat terhormat terhadap mahasiswa tanpa intropeksi terlebih dulu terhadap pemerintah kabupaten Majene,” tutupnya.***(MS.05/C)

Penulis Budi Pratama

Editor Aco Antara

Produksi by media Sulbar.com

Rekomendasi Berita

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button