Kota Tua, Solusi Pariwisata Majene

 


Oleh : Mursidin, A.Md.Par.SS

“jika pemahaman pembangunan Pariwisata hanyalah menghancurkan yang lama dan membangun yang baru, maka  pembangunan (pariwisata) Majene sebaiknya dihentikan..”

Ada banyak pemahaman dan definisi mengenai Industri Pariwisata, namun ringkasnya Pariwisata ialah segala efek, atau impact yang terjadi karena adanya perjalanan.  Jika anda melakukan perjalanan ke Jakarta misalnya apapun tujuannya, anda akan butuh the basic needs in travelling:  transport, akomodasi, dan Makanan, serta kebutuhan lanjutan seperti kenyamanan, hiburan dan lain lain, industry yang memenuhi semua inlah disebut industr Pariwisata.

Di Indonesia tujuan Pariwisata ada beberapa poin, hal ini bisa dilihat di UU no. 10 th 2009 tentang kepariwisataan. Sementara ditinjau dari aspek bisnis Pariwisata, tujuan utama pariwisata adalah meningkatkan ekonomi daerah tujuan wisata setempat, khususnya keadaan ekonomi masyarakat di sekitar objek wisata. Berarti Pariwisata adalah Tool (alat) untuk kesejahteraan masyarakat, yang membedakannya dengan industry lain adalah pariwisata berurusan langsung dengan Manusia (directly dealing with people).

Ukuran keberhasilan Pariwisata

Banyak daerah yang mengukur keberhasilan pariwisata melalui tercapai tidaknya target PAD yang dibebankan, padahal target PAD biasanya jauh lebih rendah daripada BEP (Break even point) biaya atau dana yang sudah dikucurkan untuk pengembangan Pariwisata daerah. Cara yang paling mudah mengukur keberhasilan Pariwisata suatu daerah ialah dengan mengukur berapa banyak pengangguran yang mendapatkan pekerjaan karena Pariwisata, berapa banyak masyarakat yang meningkat keadaan ekonominya karena industri ini, khususnya masyarakat di sekitar objek wisata. Jika hanya hanya melihat hitungan di atas kertas, atau dengan banyaknya event suatu daerah, niscaya akan jauh dari realita keberhasilan pariwisata suatu daerah.

Kondisi Pariwisata Majene

Ada pemahaman yang keliru mengenai Pariwisata di daerah ini, banyak yang berfikir bahwa keberhasilan Pariwisata Majene adalah tanggung jawab penuh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata, padahal Pariwisata suatu daerah akan berkembang jika semua Stakeholder Pariwisata duduk bersama merencanakan, berbagi tugas, dan sama mengikuti garis besar Perencanaan Pengembangan Pariwisata daerah. Dinas Kebudayaan dan Pariwisata dalam hal ini kadang terlihat seperti beberapa pemain bola di barisan gelandang yang hanya terus berputar di Lapangan tengah tanpa menghasilkan gol.

Stakeholder Pariwisata yang dimaksud mulai dari Bupati, DPRD, semua OPD, komunitas masyarakat khususnya di daerah sekitar objek wisata, masyarakat, semuanya harus duduk bersama, ini seperti musrembang khusus untuk Pariwisata, namun diikuti semua SKPD dan stakeholder lainnya, mereka harus  merencanakan merumuskan  pembangunan Pariwisata Jangka pendek, menengah dan panjang . Dan jika rumusan pembangunan Pariwisata ini sudah ada, sosialisasi dan eksekusinya benar benar harus dilaksanakan

Majene sebagai KPPN

Dalam PP No.50 tahun 2011 tentang Rencana induk pengembangan Pariwisata Nasional 2010-2025, Majene termasuk satu dari 250 daerah Kawasan Pembangunan Pariwisata Nasional, artinya secara nasional Majene diakui mempunyai potensi pariwisata yang sangat besar. Selain alamnya yang memang Indah, garis Pantai yang panjang. Kebudayaan Majene juga sangat menarik, dan salah satu hal yang menarik untuk dikembangkan ialah mengembalikan Estetika Majene sebagai ibukota Afdelling Mandar, Kota Tua Majene.

Kota Tua Majene, solusi Pariwisata Majene

Ide ini bukan hal yang baru, dari dulu banyak teman-teman yang menyuarakannya, khususnya komunitas budaya dan kesenian. Majene mempunyai sejarah yang panjang, dan kebanyakan lokasi objek sejarah ini berada tidak jauh dari kota, bahkan banyak yang berada di tengah kota. Selain situs situs sejarah dari kerajaan, di zaman Kolonialisme, administrasi pemerintahan Belanda banyak membangun dan mewariskan banyak bangunan bersejarah.

Namun sayangnya banyak yang terbengkalai bahkan dihancurkan. Jika Pemahaman pembangunan fisik hanyalah menghancurkan yang lama dan membangun yang baru, maka pembangunan (pariwisata) majene sebaiknya dihentikan dulu, sebelum semuanya habis tidak tersisa. Ada banyak bangunan maupun situs yang seharusnya bisa dijaga, dilestarikan dan dijadikan objek wisata kota tua yang dapat mendatangkan wisatawan dan menunjang ekonomi setempat. Dan biaya untuk tidak menghancurkan ini jauh lebih murah daripada harus membangun yang baru.

Dalam Pengembangan pariwisata, kita juga tidak melulu harus fokus ke daerah kita sendiri, kota-kota lain yang juga berusaha meningkatkan industri pariwisatanya ialah competitor kita. Dalam berkompetisi, harus ada branding yang kuat mengenai Pariwisata Majene. Jika berfokus membangun Majene dengan brand Waterfront city misalnya, sangat banyak kota kota lain yang melakukan hal yang sama, reklamasi, relokasi besar besaran yang akan banyak menelan biaya dan bahkan menuju konflik.

Sementara untuk berada di bagian terdepan di Industri Pariwisata, suatu daerah harus mempunyai hal yang berbeda dari kota kota lain. Branding kota Tua Majene sebagai satu satunya ibukota Afdelling Mandar di dunia tanpa mengesampingkan pembangunan pariwisata yang telah dibangun, pembangunan suatu kawasan kota Tua di Majene akan menjadi tulang punggung pariwisata Majene.

Secara teknis, ide Kota Tua ini mungkin dapat dimulai dengan Festival Kota Tua sebagai pemicu memori kita akan Kota Tua dan Edukasi Pariwisata bagi Masyarakat. Setelah itu dibutuhkanlah suatu kawasan kota tua yang tidak harus mencakup seluruh kota Majene, misalnya menjadikan kawasan di  sekitar taman kota menjadi kawasan kota tua, dimana bendi/dokar dihidupkan kembali, mungkin dengan bantuan subsidi Pemkab agar para delman dapat menutupi biaya operasional mereka. Setidaknya Bendi menjadi alat transportasi bagi para turis.

Di kawasan ini juga dapat dibangun monumen monumen sejarah mulai dari kejadian di zaman kerajaan Kerajaan Mandar maupun peristiwa monumental lainnya di zaman penjajahan.  Di Majene dan Sulawesi Barat secara umum terdapat banyak ahli-ahli sejarah dan budaya yang dapat menjadi acuan dalam pengembangan kawasan kota tua Majene yang insya Allah pada ujungnya dapat menjadi branding Majene, ‘ingin mengetahui keadaan 100 tahun lalu?? Kota Tua Majene jawabnya’.

 

 

Penulis : Mursidin, A.Md.Par.SS,

Pendidikan: Whatcom Community College, USA 2012-2013 | Jurusan Tourism and Hospitality Business Management, | Universitas Satria Makassar, 2013-2015, Jurusan Sastra Inggris, | Akademi Pariwisata Makassar 1999-2002, Jurusan Perhotelan, | SMU 2 Majene 1996-1999, | Dover Heights High School, Sydney Australia, SMP 1 Tinambung, SDN 015 Tandung

Pengalaman Kerja dan Training: Staf Promosi Disbudpar Majene (sekarang) | Academic Manager ELC Education Makassar | Common Threads Farm School, USA | Briton International Makassar | Akpar Fajar Makassar | Ocean Tankers Singapore | Four Seasons Resort Bali | Indra Hotel Toraja

Rekomendasi Berita

Back to top button