Membincang JEDANTIK

Ir.Drs.Abdullah, MT.
( Dosen Teknik Geofisika – Fakultas MIPA Universitas Tadulako – Palu Sulteng )
Oleh : budibento
JEDANTIK atau Jalur evakuasi dan titik kumpul sangat penting artinya dalam menghadapi setiap peristiwa kebencanaan di Indonesia.
Menurut ir.Drs.Abdullah, MT, bahwa Jalur evakuasi dan titik kumpul seharusnya berbasis komunitas yang maksudnya bahwa, jika dalam satu desa atau wilayah terdapat lima dusun. Maka jalur evakuasi dan titik kumpulnya juga harus sama dengan jumlahnya.
“meskipun sifatnya swakelolah, tetap harus melibatkan masyarakat, karena warga lah yang akan membuat dan mengetahui dimana jalur evakuasi dan dimana titik kumpulnya.”Ucapnya.
Abdullah menyampaikan bahwa keterlibatan warga itu penting dalam hal tersebut, karena jangan sampai ada jalur evakuasi dan titik kumpul yang dikelolah, akan tetapi masyarakat tidak tahu atau mengetahui hal itu di daerahnya sendiri. Hal itu dinilai kurang tepat, sebab di dalamnya ada kegiatan simulasi kebencanaan bagi seluruh warga.
Selain itu, dirinya juga mengingatkan agar jalur evakuasi dan titik kumpul harus mudah di akses dan mudah dilalui oleh warga setempat.
“beberapa syarat dalam menentukan jalur evakuasi dan titik kumpul, antara lain adalah Jauh dari pantai dan sungai, jauh dari jalur air yang rawan longsor, jauh dari bangunan dan pohon yang besar, serta jauh dari tiang listrik.” Ungkapnya saat dikonfirmasi.
Selanjutnya, Jalur evakuasi dan titik kumpul sedapat mungkin, tanahnya harus luas atau lapangannya luas agar aksesnya lebih mudah dan aman.”ucapnya.
Masih kata Abdullah, dalam hal menentukan jalur evakuasi juga sedapat mungkin memperhatikan ekosistem lingkungan sebab dalam istilah kebencanaan ada ungkapan bahwa
“Kerusakan di hulu, bencana di hilir.” Artinya bahwa kegiatan merusak hutan dan lingkungan, akan dapat berdampak bencana ke bagian hilir.
Menurutnya, provinsi Sulbar adalah termasuk salah satu wilayah yang rawan bencana, karena adanya potensi potensi gempa beberapa tahun silam. Itu diketahui karena ada beberapa sesar aktif, seperti sesar aktif Mamuju dan sesar aktif makassar di Sulsel.
Olehnya itu, dirinya menyampaikan bahwa dari sekarang perlu adanya upaya pemerintah dalam hal kesiap siagaan atau kewaspadaan dalam menghadapi setiap peristiwa bencana. dengan membuat jalur evakuasi dan titik titik kumpul.
Dalam hal daerah yang rawan likuifaksi atau tanah bergerak, menurut beliau bahwa hal itu dapat diketahui dengan tiga syarat. Pertama, wilayah yang rawan gempa. Kedua, kondisi tanah memiliki pori pori yang cukup besar. Ketiga, air tanahnya dangkal.
Jika terdapat tanda atau ciri seperti itu dalam satu wilayah, maka hal itu termasuk dalam kategori rawan likuifaksi. Namun beliau menyampaikan bahwa sampai saat ini di sulbar belum ada temuan yang diketahui ada atau tidaknya tanda tanda seperti hal tersebut. tutupnya.**