Mundurnya Perdana Menteri Tak Akhiri Huru-hara di Sri Lanka

Kolombo – Perdana Menteri (PM) Sri Lanka Mahinda Rajapaksa memang sudah mundur setelah terjadi bentrokan berdarah yang menewaskan tiga orang. Meski begitu, huru-hara belum juga berakhir.
Bentrokan di Sri Lanka pada Senin (9/5) kemarin juga mengakibatkan sekitar 150 orang hingga 200 orang terluka. Peristiwa itu terjadi saat pendukung pemerintah bersenjatakan tongkat menyerang para demonstran.
Dilansir AFP, Selasa (10/5/2022), Sri Lanka telah mengalami krisis ekonomi terburuknya sejak kemerdekaan. Mereka telah mengalami pemadaman selama berbulan-bulan dan kekurangan makanan, bahan bakar, dan obat-obatan. Kondisi tersebut memicu demonstrasi anti-pemerintah yang sangat damai selama berminggu-minggu.
Dilansir DW, Sri Lanka gagal membayar utang luar negeri senilai USD 1 miliar atau sekitar Rp 732 triliun. Cadangan devisa Sri Lanka habis dan tidak bisa menopang kebutuhan rakyat. Banyak rumah sakit kehabisan obat. Harga barang-barang pokok membumbung tinggi.

Dalam suasana itu, PM Sri Lanka Mahinda Rajapaksa yang berusia 76 tahun itu mengirimkan surat pengunduran diri kepada adiknya, Presiden Gotabaya Rajapaksa. Dalam surat tersebut, dia menulis mengenai harapan dirinya untuk mengatasi krisis ekonomi namun kebijakan-kebijakan yang ditempuhnya tampaknya tidak memuaskan kubu oposisi kecuali kalau dia mundur.

Pengunduran diri, menurut Rajapaksa, diniatkan untuk mendorong terbentuknya “pemerintahan yang terdiri dari semua partai demi menuntun negara ini keluar dari krisis ekonomi”.

Massa menyerbu kediaman Rajapaksa.
Selasa (10/5), sebagaimana dilansir AFP, huru-hara berlanjut. Mahinda Rajapaksa yang baru saja mundur dari jabatan PM kemudian dievakuasi dari kediaman resmi, di Kolombo. Ribuan demonstran menerobos gerbang utama ‘Temple Trees’ itu. Di gedung utama, Rajapaksa dan keluarganya bersembunyi.

“Setelah operasi sebelum fajar, mantan PM dan keluarganya dievakuasi ke tempat yang aman,” tutur seorang pejabat tinggi keamanan Sri Lanka, yang enggan disebut namanya, kepada AFP. 10 Bom molotov dilemparkan ke dalam kompleks. Rajapaksa dan keluarganya dievakuasi ke sebuah lokasi rahasia.
Disebutkan pejabat tinggi keamanan Sri Lanka itu bahwa polisi terus menembakkan gas air mata dan melepas tembakan peringatan ke udara untuk menahan massa di tiga pintu masuk menuju gedung era kolonial yang menjadi simbol penting kekuasaan negara itu.

Rumah pro-Rajapaksa dibakar.
Belasan rumah para pejabat dan loyalis Rajapaksa dilaporkan dibakar di wilayah yang berada di bawah ketentuan jam malam. Sri Lanka sendiri ada di bawah penetapan kondisi darurat sejak Jumat (6/5) lalu.

Perintah darurat dari Presiden Gotabaya Rajapaksa — adik laki-laki Mahinda Rajapaksa — memberikan wewenang besar kepada militer saat berbagai unjuk rasa menuntut pengunduran diri kakak-beradik Rajapaksa itu semakin meluas di Sri Lanka yang tengah dilanda krisis ekonomi terparah. Para demonstran dan pemimpin keagamaan di Sri Lanka menyalahkan Mahinda Rajapaksa yang dituduh menghasut para pendukung keluarganya untuk menyerang para demonstran yang tidak bersenjata pada Senin (9/5) waktu setempat, yang memicu serangan balasan.

Dilansir BBC, kericuhan semakin bereskalasi dan para demonstran membakar rumah keluarga Rajapaksa, beberapa menteri, dan anggota parlemen. Salah satu rumah yang dibakar adalah kediaman yang dijadikan museum oleh keluarga Rajapaksa di Desa Hambantota, bagian selatan Sri Lanka.  *(MS)

Editor : Andy Sofy

Dikutip detik.com

Rekomendasi Berita

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button