Ngabalin Sebut Agus Layak ke Level Provinsi
Mamuju – Politisi senior Partai Golkar Ali Mochtar Ngabalin menyebut jika Bupati Mamuju Utara Agus Ambo Djiwa dalam menata karier politik dan birokrasi ke depan sudah sangat layak untuk maju ke level provinsi dengan menjadi pemimpin pemerintahan apakah gubernur atau wakil gubernur di Sulbar.
Hal ini dikemukakan Ngabalin saat menjadi pembicara pada acara launching dan bedah buku biografi Agus Ambo Djiwa yang digelar di halaman rumah jabatan (rujab) Bupati Matra di Pasangkayu, akhir pekan lalu.
Lebih lanjut Ngabalin mengatakan, karakter kepemimpinan sudah tertanam dalam diri Agus karena sudah melewati sejumlah tantangan dan rintangan dalam hidup untuk mengasah kedewasaan dan pola pikirnya. Dari cara mengatasi atau melalui segala permasalahannya inilah makanya karakter kepemimpinan terbentuk secara alami.
“Dari dalam buku biografi ini, saya bisa dapatkan informasi tentang sosok dan karakter dari Pak Agus ini. Beliau sudah mulai berjuang dan bergerak keluar dari kesulitan sejak masih kecil. Bagaimana dia mengubah mindset atau kebiasaan di lingkungan keluarganya yang tinggal di desa yang hanya berputar pada kehidupan dan mencari hidup dengan menjadi petani dan peternak. Beliau ingin menjadi orang terpelajar dengan melawan kebiasaan-kebiasaan. Kalau tidak begitu tidak mungkin Agus bisa menjadi seperti sekarang, bisa menjadi bupati, menjadi pemimpin di tanah kelahirannya,” jelas Ngabalin.
Penyandang gelar doktor dari Universitas Negeri Jakarta ini menambahkan, karakter kepemimpinan lain yang dimiliki oleh Agus adalah kejujuran, ketulusan, kesabaran, dan keuletan. Hal ini tergambar dari perjuangannya untuk memekarkan tanah kelahirannya menjadi kabupaten, memperjuangkan kampung halamannya keluar dari keterisolasian. Perjuangan yang tidak kenal lelah selama belasan tahun tersebut telah membuahkan hasil. Kini, Mamuju Utara menjadi kabupaten otonom hasil pemekeran Kabupaten Mamuju dan mengalami kemajuan yang cukup signifikan dibandingkan saat belum dimekarkan.
Maka, menurut Ngabalin, sudah sepantasnya jika masyarakat Matra memilih Agus menjadi pemimpin mereka karena perjuangannya sangat gigih untuk melepaskan daerah ini dari keterisolasian.
“Olehnya itu Pak Agus, kami tunggu kiprah selanjutnya setelah bupati dua periode. Saya anggap bapak sangat layak ke level provinsi, bahkan ke level nasional juga pantas. Apalagi, bapak sudah punya jaringan di pusat. Semuanya mungkin. Semuanya bisa terjadi. Siapa yang tahu takdir manusia. Jokowi jadi presiden itu karena takdir dari Tuhan. Siapa bilang Tuhan tidak ikut campur dalam menjadikan Jokowi presiden,” katanya.
Sedangkan menurut penulis buku biografi tersebut, Ayu Arman, dari hasil interaksinya dengan Agus selama proses penyusunan buku, ia mendapati kesimpulan tentang sosok Agus adalah pemimpin yang kapitan yaitu pemimpin yang lahir melalui proses dan perjuangan. Bukan pemimpin yang tercipta atau terbentuk begitu saja.
“Pak Agus adalah tipe pemimpin yang kapitan. Beliau melalui proses yang panjang dengan kesabaran, ketulusan, dan keuletan, serta kerja keras. Maka tidak salah jika masyarakat memilih beliau menjadi pemimpin bahkan hingga dua kali. Luar biasa sosok Pak Agus ini,” jelas Ayu yang berasal dari Jakarta ini.
Menurut Ayu, perkenalannya dengan Agus dimulai saat ia menulis buku biografi Bupati Wakatobi Hugua beberapa tahun yang lalu. Hugua lalu merekomendasikan ke Ayu agar bisa membuatkan biografi Agus.
“Pak Hugua yang memperkenalkan saya ke Pak Agus. Setelah melalui perbincangan dan diskusi yang panjang akhirnya Pak Agus mau dituliskan biografinya karena beliau tidak suka terlalu diekspos. Menurut beliau biarlah masyarakat yang menilai hasil kerjanya. Tapi, saya yakinkan beliau bahwa kehadiran sebuah buku bisa mewakili segalanya, bisa mengungkapkan kata-kata yang tidak bisa terucapkan. Buku biografi seorang tokoh bukan bermaksud pamer, tapi lebih pada menampilkan sosok seseorang tokoh agar bisa menjadi inspirasi atau panutan bagi orang lain dan masyarakat,” jelas Ayu yang telah telah menulis ratusan buku baik biografi maupun tentang perempuan dan pariwisata.
Pada kesempatan tersebut, Agus mengemukakan jika buku biografi tentang dirinya tersebut tidak ada maksud dan niat untuk pamer dan menonjolkan kelebihan dirinya. Buku itu untuk menjelaskan tentang proses pembentukan Matra dan juga tentang perjalanan hidupnya tanpa dikurangi atau dilebihkan. Perjalanan hidupnya ditampilkan secara apa adanya.
“Saya sebenarnya tidak mau dibuatkan buku biografi. Tapi, teman-teman bupati yang lain yang minta supaya saya juga punya buku biografi seperti mereka. Katanya buku itu bisa menjadi inspirasi. Seperti yang terjadi di daerah mereka. Mudah-mudahan saja bisa seperti itu” ujar Ketua DPD PDIP Sulbar ini.
Bedah buku ini juga merupakan rangkaian dari peringatan proklamati 17 Agustus sekaligus hari ulang tahun Agus yang bertepatan tanggal 17 Agustus. Ia dilahirkan 49 tahun yang lalu, tepatnya 17 Agustus 1968.