Ratih; Perlu Kurikulum Adaptif Terapkan PJJ

JAKARTA – Dampak pandemi Covid 19 tidak hanya membuat kondisi ekonomi mengalami degradasi. Dunia pendidikan pun menjadi ancaman jika tidak segera mendapatkan perhatian serius. Bahkan, diperlukan sebuah metode kurikulum yang adaptof untuk pendidikan jarak jauh (PJJ) dimasa pandemi ini.

Hal ini diungkapkan anggota Komisi X DPR RI Fraksi NasDem, Ratih Megasari Singkarru saat mengikuti Rapat Kerja (Raker) secara virtual dengan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Nadiem Makarim, yang dipimpin Wakil Ketua Komisi X DPR RI, Agustina Wilujeng Pramestuti Senin (22/6).

ilustrasi pendidikan

Kurikulum yang ada saat ini, tinggal diberikan panduan bagi para tenaga pengajar mengenai silabus mana saja yang merupakan bagian esensia. Hal ini dikarenakan keterbatasan akses dan juga rentang perhatian siswa selama masa PJJ.

Legislator Partai Nasdem ini menyebutkan ada tiga permasalahan yang ditemukan dalam pendidikan di Indonesia yang perlu diperhatikan. Yaknk Sumber Daya Manusia (SDM) yang mencakup pembuat kebijakan, guru sebagai penggerak untuk metode belajar, dan sarana dan prasarana pendidikan termasuk akses jaringan.

“Guru dalah faktor penentu itama dalam kualitas pendidika . Sehebat apapun kurikulum itu jika kapasitas guru kurang, maka tidak akan terjadi perubahan di dalam kelas,”jelasnya.

Karena itu, profesi guru ini menjadi sangat strategis karena merupakan salah satu penentu keberhasilan pendidikan untuk mencetak calon generasi penerus bangsa.

Meski demikian, Ratih menyebutkan jika diperlukan juga panduan pendampingan belajar bagi para orangtua, karena ini bisa menjadi peluang bagus untuk mendeteksi skema pendidikan pengasuhan anak.

“Orang tua harus bisa bekerja sama dengan guru dalam urusan belajar anak dengan tidak menjadikan program PJJ menjadi beban bagi orang tua dan anak,”ujar Ratih.

Anggota DPR RI Dapil Sulawesi Barat (Sulbar) ini juga menambahkan, jika ada baiknya model soal dalam latihan, tugas, ataupun ujian dibuat menjadi problem solving test (tes penyelesaian masalah), sehingga tidak selalu menanyakan persoalan yang dapat diselesaikan dengan bantuan mesin pencarian (google atau lainnya).

“Dengan begini, kemampuan berpikir kritis setiap siswa bisa diasah, bahkan semakin dipertajam untuk bisa berfik lebih kreatif,”tambah Ratih.

Rekomendasi Berita

Back to top button