Rencana Politik SDK Terukur, Benteng Pertahanan Petahana Ketar Ketir

Oleh Acho Antara

Majene, 12 Desember 2020

JALUR politik merupakan akses terbuka bagi mereka yang ingin berkesempatan menjadi seorang Gubernur, Bupati atau Walikota, tentu setiap warga negara punya kesempatan yang sama.

Setiap warga negara punya hak yang sama untuk berkiprah dijalur politik melalui pesta demokrasi yang digelar sekali dalam lima tahun.
Proses demokrasi tentu bertujuan untuk memilih wakil rakyat melalui Pemilihan Legislatif dan menjaring pemimpin melalui Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) bupati, walikota, pemilihan gubernur dan pemilihan presiden.

Memilih maju dimomentum pilkada tentu bukan ambisi membabi buta, melainkan harus bisa memantaskan diri layak untuk menjadi pemimpin tertinggi di suatu daerah. Itu juga belum cukup karena butuh proses yang mapan, terukur dan terencana. Jika kepantasan dan rencana sudah ada, maka saatnya kita harus maju dan ikut dalam pusaran politik praktis.

Ramuan kekuatan politik bagi SDK sapaan akrab Dr.H.Suhardi Duka tentu tak bisa disangkal bahwa beliau merupakan salah satu politisi terhebat di Sulawesi Barat.

Satu dekade setelah proklamasi 1945, tepatnya tahun 1955 Indonesia sudah melangsungkan Pemilu pertama yang demokratis. Kemudian berlanjut pada Pemilu pada era Orde Baru tahun 1971, 1977, 1982, 1987, 1992, 1997.

Selanjutnya pada masa reformasi telah berlangsung beberapa kali Pemilu, yakni tahun 1999, 2004, dan 2009. Sehingga istilah Pemilu sudah sangat familiar bagi penduduk di republik ini, dan tentu saja, sudah diserap sebagai pengetahuan dasar bagi hak politik rakyat Indonesia.

Sebelum tahun 2005, kepala daerah dan wakil kepala daerah dipilih oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD). Sejak berlakunya Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, kepala daerah dipilih secara langsung oleh rakyat melalui Pemilihan Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah atau disingkat Pilkada. Pilkada pertama kali diselenggarakan pada bulan Juni 2005, dilaksanakan di Kabupaten Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur.

Dr.H.Suhardi Duka, MM

Kipra politiik Dr.H. Suhardi Duka, M.M yang lahir di Mamuju di ibukota Sulbar tepat 10 Mei 1962, mengawali karir politik bersama partai Golkar. Bahkan saat itu terpilih jadi Ketua DPRD kabupaten Mamuju periode 2000 – 2005.

Tepat di tahun 2005, Pemilihan Kepala Daerah alias Pilkada, dipilih secara langsung oleh rakyat. Rencana mapan dari sosok SDK telah bulat menantang Al Malik Pababari selaku calon petahana di tahun 2005 silam.

Kepiawaian SDK yang jauh sebelumnya telah menyusun kekuatan politik tak sia-sia. Alhasil, proses politik pilkada langsung untuk kali pertama nya digelar, mampu menghentakkan masyarakat di Bumi Manakarra. Prediksi pemenang pilkada kala itu banyak mengunggulkan pak Al Malik Pababari. Tetapi, diam diam gerakan SDK berhasil meyakinkan hati masyarakat Mamuju, selaku pemimpin ideal mewujudkan harapan besar masyarakat Mamuju.

SDK yang saat itu cukup menggandeng H.Umar P selaku calon wakil bupati Mamuju, meruntuhkan kejayaan Al Malik Pababari selaku calon bupati petahana untuk periode 2005-2010 dan kemudian berlanjut di tahun 2010-2015.

Hal yang pasti, keberhasilan seorang kandidat Pilkada adalah mampu memahami bahwa segala sesuatu itu tidak terjadi begitu saja. Segalanya membutuhkan tim yang militan sebagai penopang kesuksesan seorang kandidat.

Menyiapkan putrinya selaku calon bupati penantang di Pilkada Mamuju di 9 Desember 2020, bukanlah perkara mudah untuk mencapai kunci sukses karena sedang berhadapan lawan politik yang saat ini sedang memegang kendali kekuasaan.

Menaklukkan petahana di Pilkada tentu diawali dari fase persiapan panjang. Pertama adalah Fase Penanaman Modal Sosial. Fase ini dikenal juga dengan fase sosialisasi. Fase ini adalah fase dimana kandidat secara sungguh-sungguh dan benar-benar dapat terjun ke tengah kehidupan masyarakat. Kandidat secara langsung ikut melakukan berbagai kegiatan sosial di tengah-tengah masyarakat.

Kedua adalah Fase Meraih Dukungan Politik. Fase ini adalah fase dimana kandidat berhasil mendapat kan dukungan dari partai politik yang tepat. Kenapa kita sebut partai politik yang tepat? Karena kandidat mendapatkan partai politik yang sepenuhnya mau dan bersedia memberikan dukungannya dan yang paling penting lagi adalah Partai politik yang paling banyak pendukungnya di daerah tersebut dan mesin politik partai itu mau mendukung keberhasilan.

Ketiga adalah Fase Memobilisasi Dukungan Pemilih. Ini adalah fase atau babak final dari pertandingan Pilkada. Disini kandidat dituntut untuk piawai mengatur dan menggerakan mesin mobilisasi pendukung (jaringan sosial) dan mesin pencitraan (media komunikasi). Pengalaman dan strategi politik sangat diperlukan pada fase ini.

Ketiga fase ini ternyata telah dimaksimalkan SDK sehingga di menit injury time mampu merebut pemilihan mengembang yang tersisa 21 persen di akhir November yang sebelumnya calon nomor urut dua, Habsi Wahid – Irwan Pababari masih memimpin hasil survei dengan selisih angka sekitar 3 persen. Namun demikian, racikan politik sang maha guru politik, SDK berhasil membuat kubu petahana Ketar Ketir. Kini pasangan calon bupati dan wakil bupati nomor urut satu, Sutinah Suhardi- Ado Mas’ud berpotensi besar menghentikan rival politiknya di Pilkada 9 Desember 2020. Semoga pemenang kontestasi politik berlabel Pilkada Mamuju tahun ini, menjadi solusi bagi masyarakat menuju Mamuju keren dan Mamuju Maju.***

 

Rekomendasi Berita

Back to top button