Semburan Lumpur di Mateng, Menunggu Petunjuk Ahli Geologi

Mateng – Tim Reaksi Cepat ( TRC ) Badan Penanggulangan Bencana Daerah ( BPBD ) kabupaten Mamuju tengah, provinsi Sulbar, menerima laporan masyarakat bahwa pada pukul 13.30 WITA telah terjadi semburan lumpur di dusun Benteng desa Tobadak Kec. Tobadak kab. Mamuju tengah Sabtu, 5 Februari 2022.

Kronologi kejadian, bermula pada saat dua orang warga ( Ramang dan Uttang ) hendak melakukan pengeboran sumur dibelakang rumahnya, tiba tiba muncul semburan lumpur setinggi – + 1 meter, kedalaman – + 15 meter dan lebar – + 1/2 meter.

Syawaluddin selaku tim TRC BPBD Mateng menyampaikan bahwa waktu kejadian telah berusaha mengarahkan tim untuk melakukan Koordianasi dan Assessment kepada pihak terkait.

Selain itu, pihak BPBD juga telah koordinasi kepada petugas keamanan untuk memasang garis polisi ( police line ) disekitar lokasi semburan agar supaya tidak ada warga mendekati area semburan tersebut, jangan sampai ada korban jiwa.

“Semburan berlangsung sekitar 4 jam sejak siang, dan sekarang sudah berhenti sementara. Bermula pada saat ingin melakukan pengeboran sumur. Kuat dugaan disekitar lokasi Mengandung gas metana.”Ungkap Syawaluddin kepada mediasulbar.

“Semburan gas Pernah terjadi tahun 2018.”

Kejadian serupa juga pernah terjadi di desa salugatta, kec. Budong budong, kab. mamuju tengah pada 29 September 2018 lalu.

Diketahui bahwa, ada semburan lumpur bercampur gas muncul tepat di perkebunan inti kelapa sawit PT Surya lestari 2 ( Astra Group ).

Kejadiannya pada waktu itu, sontak menghebohkan warga setempat. Pasalnya kejadian tersebut muncul pasca getaran gempa berkekuatan 7,7 yang berpusat di Kab. Donggala Sulteng.

Dari sejumlah hasil penelitian, dikonfirmasi, staf ESDM Sulbar menyampaikan bahwa kejadian semburan lumpur tersebut, juga sudah pernah terjadi sebelumnya di Mateng. Sejumlah Universitas dan lembaga telah menghasilkan penelitian akademik atas kejadian itu. Namun, pihak ESDM Sulbar belum bisa menyimpulkan, atau memberikan keterangan apakah semburan tersebut sama kasusnya dengan kejadian sebelumnya.

Adapun hasil penelitian akademik dari Universitas Gajahmada ( UGM ) terkait semburan tersebut antara lain,
PERTAMA, : Sifat semburan periodik Continue, dengan interval diam 4 – 5 menit l, dan lama semburan 70 – 90 detik yang Dialirkan melalui pipa PVC 2/4 ke udara dengan tinggi – + 2 meter. Ciri semburan gas akan di awali dengan semburan air akibat masuknya air tanah dan permukaan ke dalam pipa bersama gas. Secara umum, intensitas semburan lemah. Beberapa semburan Muncul dari tanah langsung membentuk gelembung gas.
KEDUA : Sifat gas, Gas yang menyembur di duga merupakan gas metana Organik Yang memiliki daya bakar, intensitas dan Kekuatan semburan lemah, sehingga tidak membahayakan.
KETIGA : Analisa semburan, di duga gas Metan organik tersebut merupakan hasil dari sedimen rawa purba Yang memiliki sebaran cukup luas, dengan dimensi mengikuti topografi rawa purba. Tebal endapan diperkirakan kurang dari 50 meter. Ada kemungkinan gas serupa akan dijumpai dalam proses pengeboran / penggalian pada kedalaman yang sama ditempat lain. Namun, melihat intensitas semburan yang lemah, disarankan agar masyarakat tidak perlu merasa cemas.
KE EMPAT : Apabila intensitas semburan cukup, gas tersebut dapat langsung dialirkan ke dapur untuk digunakan sebagai bahan bakar masyarakat. Disarankan menggunakan dapur terbuka agar tidak terjadi akumulasi gas yang Dapat menimbulkan kebakaran.

“Untuk semburan lumpur kemaren pak, masih perlu diteliti lebih lanjut, mudah mudahan kejadian kemaren itu, sama statusnya waktu kejadian tahun 2015 lalu. ” ucap Farid, salah satu staf ESDM provinsi Sulbar.

“Untuk saat ini kita belum bisa menarik kesimpulan, sebelum ahlinya yang mengeluarkan statement itu pak. tutupnya .**(MS.04/C)

Penulis Budi Bento

Editor Aco Antara

Produksi by media Sulbar.com

Rekomendasi Berita

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button