Urgensi Pendidikan Karakter dan Kemanusiaan Dalam Acara Halal BI Halal

Opini

Oleh : Budibento

Halal BI halal adalah salah satu kegiatan umat muslim di Indonesia pasca Hari lebaran dengan tujuan untuk merajut dan merawat kembali tali silaturrahmi, dan kasih sayang, dengan saling maaf memaafkan antara individu, maupun antara kelompok masyarakat dengan pemerintah.

Dalam istilah bahasa Arab, Halal BI halal berasal dari kata “Haala atau Hallala”. Yang artinya meluruskan sesuatu atau tempat menyelesaikan sesuatu.

Halal BI halal akan jarang kita jumpai ketika di luar Indonesia, karena halal BI halal ini adalah Made in indonesia atau merupakan produk asli orang Indonesia.

Secara umum di wilayah Indonesia, sebagian kalangan umat muslim ikut merayakan kegiatan Halal BI Halal ini meskipun faktanya dilapangan masih juga kita temukan anomali pemahaman atau “mis understanding” tentang hakikat utama Halal BI Halal sebab hal ini sangat multitafsir. Sehingga hal ini memerlukan kajian yang lebih mendalam menemukan makna yang sebenarnya dalam bingkai ke Indonesian.

Di Sulbar secara umum, kegiatan ini sepertinya sudah menjadi rutinitas kalangan remaja masjid, lembaga swasta maupun lembaga pemerintah, akan tetapi dalam pelaksanaan nya.

Dalam pandangan saya, Kegiatan Halal BI halal yang masih dilaksanakan sampai hari ini oleh sebagian remaja masjid sudah semestinya lebih memperhatikan pendidikan karakter dan sisi kemanusiaan, bukan hanya sebatas rutinitas atau ceremonial tetapi lebih kepada menciptakan insan yang berkarakter, unggul, mandiri dan berakhlak mulia.

Disejumlah tempat di Sulbar, masih sering kita temukan pelaksanaan Halal BI Halal menafikan pendidikan karakter pada anak, dan sisi kemanusiaan. Artinya bahwa tema acara kurang pas dengan materi kegiatan.

Pendidikan karakter pada anak, itu penting karena sejak dini anak anak dan remaja telah dibekali dengan pendidikan moral serta etika dalam berinteraksi dan bersosialisasi dalam kehidupan bermasyarakat berbangsa, dan bernegara.

Betapa tidak eloknya kita saksikan ketika pada suatu kegiatan halal BI Halal, para tamu undangan disuguhkan atau dihibur dengan penampilan seksi anak anak dan remaja diatas panggung dengan iringan musik rock atau musik dangdut. Tentunya hal itu sangat mencederai dunia pendidikan kita, karena tujuan kegiatan tidak sesuai dan kurang cocok dalam membetuk karakter pada anak.

Selaku pemerhati pendidikan dan sosial budaya di daerah ini, saya melihat bahwa sampai saat ini memang masih ditemukan beberapa kendala dalam melahirkan pendidikan karakter pada anak diantaranya, kurangnya SDM, pengaruh tekhnologi dan informasi, kurangnya perhatian orang tua, lemahnya pengawasan, gaya hidup, serta pola perilaku.

*Pertama* pendidikan karakter anak anak dan remaja kita saat ini juga sangat dipengaruhi oleh faktor SDM. Sebab faktanya, sebagian kalangan remaja kita hanya mampu bergerak pada hal hal instant atau teoritis, cenderung tidak mampu menjawab tantangan zaman, serta kurang ber adabtasi. Sehingga dalam melaksanakan kegiatan Halal BI Halal, mereka pun masih menggunakan pola pola lama atau kebiasaan lama. Artinya bahwa mereka tidak mampu melahirkan ide ide dan gagasan baru tentang tuntutan informasi.

*Kedua* arus teknology dan informasi juga terbukti juga sangat mempengaruhi pendidikan karakter pada anak. Jika kita ingin membandingkan arus tekhnology dan informasi pada kalangan remaja era 70 an dengan generasi 2000 an Keatas, itu sangat jauh berbeda saat melaksanakan kegiatan Halal BI Halal.

Saat ini, remaja kita disuguhi dengan gadget, iPhone, android yang mewah, lengkap dengan segala macam fitur dan aplikasi didalamnya seperti tiktok. Para remaja yang sudah terbiasa dengan lagu tiktok, akan merasa canggung ketika dituntut dengan tarian mandar atau kalindaqda, sebab lagu tiktok sudah mendarah daging dikalangan remaja sebagai tempat hiburan kapan saja dan dimana pun berada.

*Ketiga*. Salah satu tantangan berat kalangan remaja kita saat ini adalah arus informasi yang begitu pesat, sehingga sebagian orang tua di rumah tidak mampu untuk mengimbangi perilaku anak remajanya yang haus dengan informasi.

Sebagian Orang tua terlalu memberikan kebebasan penuh terhadap anak remajanya untuk bergaul dan berbuat tanpa di bekali dengan dasar pendidikan karakter yang baik dari lingkungan keluarganya. Sehingga, para orang tua tidak perlu kaget jika menemukan anak remajanya yang suka membentak, sulit diatur, dan bersikap memaksa, oleh karena kurangnya perhatian dilingkungan keluarga tentang pentingnya nilai, norma dan etika dalam hidup dan kehidupan bermasyarakat.

Pola perilaku anak yang demikian ini, akan tumbuh dan berkembang kedalam lingkungan yang hedonistik, apatis, instant serta amoral. sehingga wajar lah ketika anak remaja kita tidak bisa mandiri, manja, bahkan bermental kerupuk dalam melakukan setiap kegiatan dilingkungan masyarakat sebagai contoh dalam setiap acara Halal BI halal. Sekelompok remaja masjid, terbukti belum mampu secara mandiri untuk memperoleh pendanaan kegiatan. Sebagian remaja justru ada yang masih senang dan suka meminta sumbangsih dari orang tuanya sendiri untuk berkegiatan daripada mendapatkan dana dari hasil kreatifitas atau gagasan mereka sendiri. Artinya bahwa, pendidikan karakter dalam setiap kegiatan Halal BI halal yang sering dilaksanakan selama ini oleh kalangan remaja secara umum, hampir tidak ditemukan adanya suatu proses pendidikan karakter pada anak untuk dapat berkembang.

*Keempat* Lemahnya pengawasan pihak terkait juga menjadi salah satu penyebab tidak terciptanya pendidikan karakter dalam lingkungan remaja kita saat ini.

Alangkah ironisnya jika dalam sebuah kegiatan Halal BI Halal keremajaan, tetapi tidak mencerminkan adanya pendidikan karakter pada anak tentang nilai, moral dan etika dalam proses pelaksanaannya.

Hampir sebagian pelaksana kegiatan cenderung lalai dari tanggung jawab dalam proses membentuk pendidikan karakter anak untuk berkegiatan. Karena hal itu lebih banyak dipengaruhi oleh gaya hidup dan perilaku yang tidak terkontrol. Perilaku seperti itu dapat kita lihat dari cara mereka berpakaian, bertutur kata dan berpenampilan masih luput dari pengawasan berbagai pihak, khususnya orang tua.

Olehnya itu, sangat diharapkan kepada pihak terkait sebagai ( Ulil Amri ) agar dapat membuat aturan main atau prosedur pelaksanaan Halal BI Halal yang berpihak kepada kepentingan pendidikan karakter anak dan remaja, khususnya di provinsi Sulbar yang konon dikenal dengan kata “Malaqbiq” agar bisa menjadi Pioner pelaksana terbaik pendidikan karakter.
Sulbar Malaqbiq dengan karakter budaya dengan segala jenis ke arifan lokal dimilikinya sangat diharapkan untuk bisa merawatnya dengan baik dan benar.

Dibutuhkan peran pengawasan pihak terkait melalui adanya perda atau regulasi baru tentang upaya pendidikan karakter dilingkungan remaja, sekolah, serta di lingkungan masyarakat agar supaya implementasi pendidikan karakter sejak dini pada anak dapat mengalami perubahan dan peningkatan.

5. *Kurangnya karakter kemanusiaan*
Menurut hasil research salah satu lembaga pemerhati pendidikan anak di dunia bahwa 5- 10 anak remaja yang berperilaku menyimpang akan sulit untuk menemukan rasa kemanusiaan. Di dalam pelaksanaan acara Halal BI Halal sendiri, terbukti bahwa sebagian anak remaja tersebut, kurang mendapatkan pendidikan karakter tentang makna nilai kemanusiaan di lingkungan mereka.

Berangkat dari sebuah fenomena diatas, penulis pernah menyaksikan sebuah realita yang sangat miris pada salah satu kegiatan kegiatan keremajaan di daerah ini beberapa tahun silam.

Dua orang anak berumur 8 tahun dan 10 tahun tampak sedang menangis disimpang jalan didampingi ibunya pasca selesainya acara tersebut.

Karena penasaran, sy mencoba menghampiri ibu sang anak untuk menanyakan tentang apa sebab sehingga anaknya bisa menangis karena dalam hati saya kegiatan barusan adalah kegiatan bergembira dan bersuka ria.

Dari beberapa hasil percakapan kami, ternyata penyebab sang anak menangis karena diketahui tidak kebagian makanan dari kotak yang dibagikan oleh pihak panitia kegiatan, sementara teman sebayanya tampak asyik menikmati sendiri. Hal tersebut tidak akan terjadi jika seandainya pendidikan karakter tentang kemanusiaan sudah Melekat dalam hati dikalangan remaja saat ini. Bagaimana mungkin, hal itu bisa tercipta, jika soal urusan perut saja tidak mampu untuk dilakukan. Sungguh ironis.

Hubungannya dengan realita diatas, menunjukkkan bahwa nilai nilai pendidikan karakter anak di daerah kita sangat rendah. Sudah saatnya dari sekarang ini, dibutuhkan regulasi yang baik untuk menata pelaksanaan acara keremajaan berdasarkan nilai nilai pendidikan karakter pada semua bidang kehidupan.

*Ditulis karena prihatin, dibaca untuk Alarm kehidupan. Save generasi dengan pendidikan karakter.*

*budibento*

Rekomendasi Berita

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button