Sejumlah Figur Bakal Calon Gubernur Sulbar Mulai Bermunculan
MAMUJU – Pelaksanaan pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur Sulawesi Barat (Sulbar), masih terbilang lama yakni dijadwalkan bergulir di tahun 2022. Meski demikian, sejumlah figur mulai bermunculan usai gelaran Pilkada di empat kabupaten pada tanggal, 09 Desember 2020.
Dua tahun jelang pelaksanaan Pilkada gubernur tersebut, kini beberapa nama beken mulai bermunculan diantaranya gubernur Sulbar, Ali Baal Masdar, Anggota DPR RI dari partai Demokrat, Dr.H.Suhardi Duka, Anggota DPR RI Partai Gerindra, Andi Ruskati, Wagub Sulbar, Enny Anggraeni Anwar, Bupati Polman, Andi Ibrahim Masdar, Bupati Pasangkayu, Agus Ambo Djiwa, Bupati Mamasa, Ramlan Badawi, Bupati Mamuju Tengah, Aras Tammauni, Sekprov Sulbar. Dr.Muhamnd Idris P, Mantan Wakapolri, Syafruddin Kambo, Mantan Pangdam VII Pattimura, Salim S Mengga, mantan Wagub Sulbar, Aladin S Mengga, mantan Kapolda Sulbar, Drs. Baharuddn Djafar dan Anggota DPRD Sulbar, Kalma Katta.
Selain itu, juga terdapat tokoh muda yang jadi perbincangan publik saat ini diantaranya, Mantan Ketua KPPU, Dr.Syarkawi Rauf, Prof. Husain (akademisi), Annar Sampetoding (Pengusaha), Hj.Siti Suraedah Suhardi (Ketua DPRD Sulbar), Hamzah Hapati Hasan (Mantan Ketua DPRD Sulbar), Arsal Aras (Ketua DPRD Mateng), Iwan SP Pababari (Wakil Bupati Mamuju), Habsi Wahid (Bupati Mamuju), Iskandar Muda Baharuddin Lopa (Anggota DPD RI) Asri Anas (Mantan Anggota DPD RI) Sibly Sahabuddin (Mantan Anggota DPD RI), H Damris (Anggota DPRD Sulbar) dan Putra Dirga Singkarru (Pengusaha).
Sejumlah figur tersebut telah ada yang memulai mensosialisasikan diri dengan memasang baligho seperti figur Andi Ibrahim Masdar secara nyata menebar ratusan baligho, sticker hingga kalender telah terpasang diberbagai titik di enam kabupaten di Sulbar.
Termasuk baligho gubernur Sulbar juga mulai nyentil narasi politik “Lanjutan Kebersamaan”. Baligho ini ditengarai sebagai alat peraga kampanye oleh figur Ali Baal Masdar (ABM) .
Terlihat di sepanjang jalur trans Sulawesi bagian Barat, baligho ukuran besar oleh orang pertama di Pemprov Sulbar ini, telah menghiasi titik strategis ruang publik atas kapasitas selaku gubernur yang turut menyampaikan ucapan Natal dan Tahun Baru 2021. Namun tak sedikit yang menafsirkan bahwa baligho ini “aromanya” berbau politik.
Demikian pula figur lainnya juga mulai melirik kontestasi politik berlabel pilgub dengan cara memanfaatkan ruang-ruang sosial media (Sosmed) sebagai sarana memperkenalkan diri dengan membangun narasi beragam dengan tagline Sulbar Maju maupun Sulbar Bagus.
Melihat daftar bursa calon gubernur dan wakil gubernur Sulbar yang ramai dibincangkan publik, Aco Antara selaku koordinator tim Litbang Media Sulbar (MS), mencoba menerawan pendapat masyarakat terkait kriteria calon pemimpin yang ideal menahkodai provinsi ke 33 ini. Respon publik dari berbagai profesi baik kalangan ASN, petani, nelayan, UMKM, maupun generasi Millenial, punya pendapat beragam.
Respon masyarakat Sulbar terhadap pemimpin ideal punya pendapat berbeda terkait kriteria yang dianggap laik jadi figur pemimpin.
Pertama masyarakat menghendaki figur memiliki jaringan kuat hingga nasional, pemimpin berlatarbelakang pengusaha sukses, politisi, figur pemimpin yang tidak sedang tersandung kasus dugaan korupsi, pemimpin berlatatar belakang TNI/Polri.
Hasil survey Litbang MS ini menjadi sampel awal untuk menakar respon publik terhadap beberapa figur yang akan mengarungi kontestasi politik lima tahunan, pilgub Sulbar di tahun 2020 yang akan datang.
Diberbagai ruang diskusi baik di cafe maupun warung kopi, maka perbincangan politik jadi sarapan empuk hingga menjadi tema hot yang memantik perhatian publik.
Akan sangat seru karena pilgub Sulbar menunggu tahun 2020. Saat ini terdapat empat bupati punya kans besar maju di Pilkada gubernur.
Dalam politik tidak pernah ditemukan rumus yang ketat. Pertemanan, koalisi, atau apapun namanya hanya berujung pada satu hal: kepentingan.
Basis ideologi yang seharusnya menjadi mercusuar politik menjadi tidak relevan. Kasus paling baru tak lain di Pilkada Majene dan Mamuju dulunya jadi parpol pengusung. Tetapi Pilkada di dua daerah tahun ini, maka Partai Demokrat jadi penantang kubu petahana yang tahun ini terpental meninggalkan istana.
Logika politik dan logika ilmu
Pertanyaannya, apakah logika politik bisa berkolaborasi dengan logika ilmu lainnya? Lebih khusus lagi dengan manajemen?
Manajemen juga mengenal istilah fleksibilitas tinggi. Bahkan, manajemen disebut gabungan dari ilmu dan seni.
Walaupun demikian dalam manajemen ada dogma yang tidak boleh dilanggar, yaitu hasil. Berlaku rumus baku: input – proses – output (IPO).
Oleh karena itu, untuk menjalankan prinsip manajemen diperlukan pemimpin yang profesional.
Empat pilar
Kepemimpinan dalam manajemen (bisnis) dibangun oleh empat pilar, yaitu integritas, kapabilitas, otoritas dan karitas. Pemimpin dengan empat pilar kokoh tersebut diharapkan memberi hasil optimal untuk organisasi.
Pilar pertama, integritas. Basis dari integritas adalah karakter dan perilaku etis. Ia bermain pada aspek moral dan sifatnya personal.
Tokoh (politik) yang memiliki integritas tinggi tak lain Mohammad Hatta. Satunya pikiran, perkataan dan perbuatan menjadi cirikhas Bung Hatta. Ia ketat memegang komitmen dan konsisten menjalankan prinsip-prinsip kebenaran universal.
Hidupnya yang bersahaja ditambah dengan keberanian untuk memikul tanggung jawab menjadikan Bung Hatta sosok paripurna dalam memegang integritas.
Pilar kedua, kapabilitas. Dalam ranah manajemen, kapabilitas merupakan gabungan dari motivasi, pengetahuan dan ketrampilan. Orang yang memiliki kapabilitas berarti orang paham dan ahli akan bidang pekerjaannya.
Pilar ketiga, otoritas. Sesuai dengan namanya, otoritas merupakan wewenang jabatan dengan basisnya legalitas formal.
Tujuan otoritas adalah untuk menggerakkan organisasi. Didalamnya juga termasuk alat untuk menegakkan disiplin dan peraturan.***
Penulis Acho Antara